Jumat, 17 Agustus 2018

Praktikkan Gerakan Yoga Wajah Ini Untuk Tampil Awet Muda





Suka melakukan gerakan yoga?  Yoga punya beberapa manfaat tidak hanya untuk tubuh tapi juga untuk wajah, lho!
Dilansir laman halodoc.com (5 Juni 2017), khusus wanita, yoga memiliki banyak manfaat yang lebih dari sekedar menurunkan berat badan antara lain : melatih kesabaran, sarana relaksasi, fleksibilitas dan kekuatan tubuh, memperbaiki postur tubuh, menurunkan berat badan, kualitas tidur membaik dan meningkatkan kualitas hubungan intim.
Dilansir laman klikdokter.com, ada dua contoh gerakan yoga wajah dari penelitian yang dapat Anda coba di rumah. Berikut di antaranya: 
The Cheek Lifter: Buka mulut dan bentuk menjadi huruf "O". Posisikan bibir atas di atas gigi, tersenyum untuk mengangkat otot pipi ke atas, dan letakkan jari dengan lembut di bagian pipi atas. Lepaskan atau turunkan, lalu angkat kembali. Ulangi gerakan menurunkan dan mengangkat pipi ini beberapa kali. 
The Happy Cheeks Sculpting: Katupkan bibir dan tersenyum tanpa menunjukkan gigi, paksa otot pipi naik. Letakkan jari di sudut mulut, dan geser ke atas pipi. Tahan selama 20 detik. Kini Anda dapat memilih cara yang lebih murah dan tidak “beracun” agar wajah lebih awet muda. Dan tentu saja, Anda harus melakukan yoga wajah ini secara rutin untuk mendapatkan hasilnya.
Bagaimana, sudah siap mencobanya? Suka? Bagikan!

Minggu, 28 Januari 2018

Mengulang Pagi



Setiap hari bangun di pagi hari dan terasa bagai mengulang pagi kembali. Bagaimana suasana pagi di rumah anda? Terutama pada hari kerja/sekolah?
Rame dan hiruk pikuk pastinya. Apalagi jika ada anak lebih dari dua. Mempersiapkan agar mereka sampai sekolah tepat waktu tanpa ketinggalan suatu apapun. Sekaligus melatih kemandirian dan kedisiplinan, yang terkadang terasa masih sangat jauh dari kesempurnaan. Belum lagi membantu persiapan sang ayah yang juga ngak kalah repotnya. Tentu suasana pada setiap keluarga akan berbeda.
Syukuri saja, ulang saja semampunya sampai akan datang hari dimana anak-anak tidak lagi membuat pagimu mengulang hal yang sama. Syukuri hidup hari ini. Karena dengan anugerah kehidupan yang kamu dapat hari ini Engkau dapat melakukan banyak hal yang sekilas hanya mengulang saja.
Selamat Pagi …

Kamis, 19 Februari 2015

WEBINAR, CARA BARU BELAJAR BAGI PARA IBU

Aku seorang ibu bekerja dengan dua anak. Meskipun aku cukup sering menggunakan gawai dan mendengar tentang webinar, tetapi tidak pernah terbayang sebelumnya seperti apa webinar itu. Suatu hari tanpa sengaja aku menemukan iklan bertajuk Sekolah Perempuan. Di sana tertulis bahwa Sekolah Perempuan mampu mencetak sejuta perempuan menjadi penulis. Wow langsung tertarik karena aku sudah lama ingin ikut kursus, mentoring, pelatihan atau apapun yang berhubungan dengan dunia penulisan. Namun kalau pelatihan tersebut dilaksanakan offline agak ragu untuk ikut karena jarak dan kesempatan kurang begitu mendukung.Maklumlah untuk mencari celah waktu diantara rutinitas sehari-hari bagiku cukup sulit. 
Sekolah Perempuan menawarkan solusi yang sangat istimewa. Metode yang akan dilakukan selama pelatihan adalah online, coaching dan webinar. Sebelum memutuskan untuk mendaftarkan diri bergabung dengan sekolah tersebut, aku browsing untuk mencari tahu apa itu webinar. Setelah membaca hasil browsing sedikit paham, namun tetap belum terbayang seperti apa webinar itu.Hahaha ... ternyata aku gaptek. Muncul keraguan bisa atau tidak nantinya aku mengikuti kelas tersebut. Tetapi kuputuskan untuk mendaftar karena memang sudah lama aku mencari-cari pelatihan online bagaimana menjadi penulis.
Hari yang ditunggu untuk masuk kelas terasa begitu mendebarkan. Jujur muncul keraguan apakah sebanding hasil yang diperoleh nantinya dengan besarnya biaya yang sudah aku keluarkan?. Hahaha ... dasar Ibu-ibu, perhitungan banget!. 
Tibalah waktu yang ditunggu. Kelas uji coba siap diluncurkan sesuai dengan yang sudah dijadwalkan. Ini adalah webinar pertama yang akan aku ikuti. Kami dipandu oleh para mentor lewat grup facebook. Dibagikan kepada kami link pintu masuk webinar yang akan menjadi ruang kelas maya bagi kami para peserta.Deg-degannya sama persis ketika pertama kali masuk kelas kuliah semester pertama. Penuh tanda tanya, dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Bermodalkan link yang sudah dibagikan, nekat aja klak-klik klak- klik apa yang tertera disitu. Hasilnya waaah ternyata menakjubkan. Seperti bocah yang mendapat mainan baru, sangat mengasyikkan.
Keasyikan pertama adalah, webinar dapat disambi ngeloni anak, dan kadang-kadang sampai ketiduran tapi para mentor tidak tahu. Hihihi ... maaf cikgu.Kedua, kalaupun tidak sempat mengikuti ada rekaman yang dapat dilihat kapanpun kita sempat.Ketiga, asyik sekali pada waktu berada dalam ruang kelas maya tersebut kita dipanggil namanya oleh  mentor, rasanya benar-benar seperti nyata bertatap muka. Keempat, kita pun dapat chatting atau bercakap-cakap dengan tulisan baik dengan mentor maupun teman satu kelas.Kelima, kita tidak perlu jauh-jauh berangkat sekolah untuk dapat menyerap ilmu dari para mentornya, cukup hanya dengan tiduran di kasur kamar kita dengan jaringan internet yang mengudara.
Akhirnya, setelah mengalami sendiri apa itu webinar, hilang semua keraguan yang pernah ada, bahkan tergantikan dengan pengalaman luar biasa dapat belajar dengan cara baru yang cocok untuk kita para ibu. Terima kasih Sekolah Perempuan yang sudah mengenalkan kami apa itu webinar. Bahkan suami sempat bertanya ada gak peserta Bapak-bapaknya?. Hahaha  ... ngiri dia ternyata.

Minggu, 08 Februari 2015

SI PENANYA ULUNG



Anak sulungku laki-laki. Usianya saat ini belum genap lima tahun. Namanya Lubab. Ia begitu banyak bicara. Segala hal ditanyakan dengan antusias. Ketika bertanya ia menginginkan jawaban segera. Seringkali saya dibuat kaget, bingung dan kewalahan menjawab setiap pertanyaannya. Menilik setiap pertanyaan yang muncul secara tiba-tiba, saya harus punya ekstra alternatif jawaban yang tepat dan mudah diterima daya pikirnya. Untunglah dengan bekal saya menyisihkan waktu  untuk membaca setiap hari, saya punya tabungan informasi di otak yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Itu pun terasa belum cukup. Kadang-kadang ketika mendadak mendapat pertanyaan darinya tetap saja saya bengong mau jawab apa.
Pernah suatu hari Mbah Putri bercerita. Si kakak dan beliau sedang di dapur. Kami memang masih tinggal satu rumah dengan Ibu. Jika saya pergi bekerja, ia tinggal di rumah bersama Mbah, pengasuh dan beberapa saudara serumah. Saat sedang bermain di dapur, cerita mbah Putri, melintaslah seekor kucing kurus di depan mereka. Kakak bilang, Mbah kucing jorok ya? Gak pernah mandi. Masa mandinya cuma tangannya dijilat-jilat begini sambil ia menirukan gerakan kucing menjilat-jilat kakinya. Iya, begitu Mbah Putri menimpali. Sebentar kemudian Mbah Putri iseng bertanya : Kalau kucing sih datangnya darimana ya? Dengan cepat Lubab menjawab : Ya dari ibunya kuciiing. Dari perut ibunya kucing. Apa Mbah Putri gak tahu? Kalau Lubab datangnya dari mana? Mbah Putri bertanya. Ya dari ibunya Lubab. Kalau Uwa Ipah? Ya dari ibunya Uwa Ipah, tapi kan dah nggak ada Mbah. Hmmm ... tenyata Lubab sudah mulai memahami konsep repoduksi sederhana.
Sambil bermain kreasi kertas lipat/origami berbentuk kepala hewan terjadilah dialog antara boneka kertas dengan Lubab yang dilakukannya sendiri. Lubab asyik memainkan kertas lipatnya, sedang saya menyimak dan memperhatikan. “ Hai ikan hiu, kamu sedang apa?Dia menjawab sendiri. Aku sedang main. Main apa? Main sama teman-teman. Ada ikan jerapah, gajah, kadal, tikus, ayam. O banyak sekali teman-temanmu, kamu sudah makan?. Sudah. Iya ya semua itu temanku, semua adalah binatang ciptaan Allah.O iya benar. Iseng Aku bertanya: apa iya Bab? Iya benar bu. Semuanya ciptaan Allah. Hmmm ...  rupanya daya nalarnya sudah mulai menghubung-hubungkan proses penciptaan.
Sore tadi kami bermain diluar rumah. Menjelang senja langit terlihat mulai menggelap. Aku menunjukkan segumpal awan  yang bergerak pelan. Mungkin karena tiupan angin. Aku katakan pada Lubab. Lihat Bab awannya bergerak. Oh iya ya Bu, kok awannya bisa berubah Bu?. Bukan berubah tapi bergerak jawabku. Kok bisa berubah anu kenapa Bu? kalimat tanya khas yang selalu dia lontarkan saat menanyakan sesuatu yg belum dia pahami. Karena ada angin jadi bergerak, kataku. Sekilas dia bertanya lagi, Bu apa Allah bisa bikin orang dari awan? Iya, bisa jawabku. Bisa bikin orang dari daun? dari pagar? dari karet? Sepertinya dia banyak dipengaruhi tontonan di tv,  semua kujawab ya bisa. Dia langsung bereaksi,  wah top ya Bu,  Allah. Iya karena Allah Maha bisa, jawabku. Aku bertanya ulang padanya,  apa iya Bab, karet bisa dibikin orang? Ya iya. Kenapa? ya kan orang bisa dibikin dari  karet, pager, sama daun.  Kalau dari awan lha susah ya Bu?, sepertinya dia meragukan sesuatu. Kemudian setelah sejenak berpikir dia bilang,  kan mengambilnya jauh diatas sana ... heehh susah mengambilnya, katanya. Rupanya dia menghubungkan informasi-informasi yang  baru didapatnya.
Suatu malam tiba- tiba  Lubab bertanya, Bu kok matahari bisa berubah jadi bulan anu kenapa? kalimat tanya khas darinya muncul lagi. Ayah yang ikut mendengar menimpali, bukan berubah Bab, tapi gantian. Apa iya Bu? Lubab memastikan. Iya kalo siang ada matahari, kalau malam gantian ada bulan. Yang ngganti-ngganti si siapa Bu? Allah. Oh Allah ya. Ya ya. Dia terlihat seperti mencerna percakapan kami barusan. Tetapi kemudian muncul lagi pertanyaan, kok ganti-ganti ya Bu? Ada sesuatu yang masih dipikirkannya.  Hmmm konsep tentang adanya Zat yang Maha Mengatur pergantian siang dan malam mulai dia pahami.
Sepertinya setiap anak akan selalu menanyakan hal-hal demikian dengan versinya sendiri. Saya yakin setiap ibu pasti pernah mengalaminya. Dan sebagai ibu kita butuh tambahan referensi, ensiklopedi, dan buku-buku bergizi yang dapat dipelajari bersama-sama dengan anak kita, agar transfer pengetahuan dapat terjadi dengan lebih mengasyikkan. Dengan begitu gerbang ilmu pengetahuan terbuka lebar bagi anak untuk kemudian mereka mencintai proses mencari ilmu. Dari situ pasti akan muncul ketertarikan kepada buku karena dari buku kita dapat mengetahui banyak hal.
Saya memang sering melakukan tanya jawab dengan Lubab. Kadang-kadang jawaban yang dia berikan sederhana, lucu, mengagetkan bahkan tidak nyambung. Walaupun jawaban yang diberikan tidak nyambung, tetap saya biarkan dia bertanya. Saya juga memberikan kesempatan kepadanya untuk mencari jawaban dengan bertanya ulang. Saya meyakini proses ketertarikan kepada ilmu pengetahuan adalah di mulai dengan memunculkan banyak pertanyaan dan mencari jawabnya. Itulah yang saya lakukan. Gerbang ilmu pengetahuan kami buka seluas-luasnya agar kelak ketika dia mulai beranjak dewasa ketertarikan akan ilmu pengetahuan tetap terjaga. Jika hal itu sudah tertanam dalam dirinya, ia akan dengan sendirinya haus akan ilmu dan mencari informasi lewat buku.
Kadangkala kami juga membaca buku bersama. Membaca dongeng, pengetahuan, kebiasaan sehari-hari,  informasi tentang alat-alat transportasi dan masih banyak lagi. Jika ada dongeng yang dia sukai, ia akan minta dibaca berulangkali.Atau kami juga membaca buku  jika ada hal yang tidak dapat aku jawab secara langsung pada saat dia bertanya, kami mencari jawabannya lewat buku bersama-sama.  
Masing-masing orangtua pun memiliki keyakinan  yang berbeda terhadap kebenaran cara transfer pengetahuan terhadap putra-putrinya. Cara yang mereka pilih bisa sangat beragam. Sebelum menikah dan punya anak saya pribadi punya idealisme sendiri dan berkomitmen untuk memberikan stimulasi, pengasuhan, kasih sayang yang sebaik-baiknya untuk anak-anak kelak. Bahkan saya sudah membelikan buku-buku  bergizi untuk otak anak sejak baru menikah dan belum nampak tanda-tanda kehamilan karena nyatanya saya hamil dalam rentang waktu 28 bulan [2 tahun, 4 bulan] setelah menikah. Waktu itu saya membeli paket buku dari penerbit Mizan Dian Semesta Seri Halo Balita dan Cerita Binatang.
Begitulah keseharian kami. Aku memberi kesempatan sebanyak mungkin pada anakku untuk bertanya, bercerita banyak hal. Aku berusaha selalu menambah stimulasi berdasarkan variasinya dengan hal-hal yang ada di seputar kami. Kami berusaha mengenalkan ilmu pengetahuan lewat kegiatan-kegiatan sederhana. Kami yakin dengan begitu justru membuat anak lebih tertarik dan menyukai ilmu pengetahuan. Seperti kutipan dari tokoh pendidikan Charlotte Mason berikut ini : Bahwa setiap anak yang sehat jiwanya memiliki hasrat alamiah terhadap pengetahuan. Bahwa hasrat akan pengetahuan atau rasa ingin tahu itu pada dasarnya mencukupi untuk membuat anak bersemangat belajar, asalkan pengetahuan disajikan dengan mutu, jumlah, ragam, porsi dan cara yang tepat.

Senin, 02 Februari 2015

BUKU HIDUP, HADIAH TERINDAH DARI TUHAN




Ibuku seorang guru. Kondisi kakak-kakakku yang masih kecil kala itu cukup merepotkan beliau. Usiaku saat itu mungkin  katanya sekitar lima tahun. Ibuku biasa mengajakku ke sekolah tempatnya mengajar, karena kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah. Sebagai anak kelima dengan mengajakku ke sekolah waktu beliau mengajar mungkin sebagai alternatif mengurangi kerepotan beliau. Sembari ikut memperhatikan Ibu mengajar, aku justru asyik ikut duduk di bangku siswa. Mungkin secara tidak sengaja aku ikut belajar calistung di kelas itu, karena kebetulan Ibu mengajar di kelas satu.
Aku belum begitu jelas mengingat suasana kelas saat itu. Pun tak tergambar dalam ingatanku bagaimana awalnya Ibu mengenalkan aku pada buku. Yang aku ingat adalah Ibu bercerita di depan semua saudara-saudaraku, tentang satu hal. Kalau tidak salah pada saat aku akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama. Kenapa beliau bercerita waktu itu adalah karena saat mendaftar menjadi murid baru aku selalu dikatakan masih kurang umur dan terlihat masih telalu kecil.
Ibu menceritakan bahwa ketika dulu aku ikut duduk di bangku, di ruangan kelas satu, aku mendengar dan memperhatikan Ibu mengajar. Banyak hal yang tak sengaja kupelajari saat itu. Apapun kegiatan di kelas semua kuikuti. Para siswa belajar menulis, aku ikut menulis. Lain waktu, mereka belajar mengeja aku juga ikut mengeja. Tiba waktunya pelajaran matematika, aku ikut mengerjakan. Sampai waktunya ujian tertulis aku juga ikut ujian. Hingga tiba waktunya kenaikan kelas, kata Ibuku, di ruang guru terjadi dialog yang cukup menggelikan. Salah satu guru mengatakan : “ Sudahlah, naikkan saja putri njenengan ke kelas dua!, wong nyatanya dia sudah lancar membaca”. Kepala sekolah waktu itu pun ikut menyetujui. Para guru pun akhirnya sepakat untuk menaikkan aku ke kelas dua!. Mereka bilang nilaiku lebih dari cukup untuk dapat dinaikkan ke kelas dua. Bahkan para siswa di kelas satu saat itu nilainya dapat kulampaui. Padahal waktu itu aku adalah anak bawang. Masuk kelas tanpa di daftarkan karena memang usia baru lima tahun dan hanya sebatas ikut ibu untuk bermain di sekolah di sambi mengajar oleh Ibu. Ibuku tak dapat menolak kesepakatan itu. Urusan pendaftaran di urus belakangan. Akhirnya naiklah aku ke kelas dua.
Mendengar Ibu menceritakan hal itu, timbul semangat dalam diriku. Aku merasa aku dapat mempelajari apapun lebih cepat dari teman sebayaku. Aku mulai gemar membaca. Bacaan waktu itu yang dengan cepat kulahap adalah majalah bobo. Itu pun ku lakukan jika kami berkunjung ke tempat saudara yang punya koleksi majalah bobo segudang. Setiap halaman kubaca dengan seksama. Apalagi ditunjang oleh gambar dan warna yang menarik. Aku menemukan keasyikan membaca. Waktu itu bahan bacaan untuk anak-anak masih sangat terbatas, karena aku terlahir di tahun  70-an. Generasi yang belum banyak bacaan untuk dapat kunikmati. Apalagi kami tinggal di desa kecil yang jauh dari fasilitas yang memadai. Besyukurlah yang menjadi orangtua saat ini. Banyak penerbit menyediakan buku-buku bergizi bagi anak-anak. Salah satunya adalah penerbit Mizan Dian Semesta.
Ada perbedaan karakter antara Ibu dan Bapak. Ibu lebih ekspesif dan rajin menasehati kami. Boleh dibilang terlalu sering mungkin Ibu menasehati kami. Sedangkan Bapak, beliau adalah sosok yang lebih banyak diam.Menasehati kami hanya ketika berhadapan dengan hal-hal  yang bersifat prinsip. Tetapi beliau sering menceritakan kisah-kisah yang cukup variatif di depan kami, anak-anaknya. Cara ini dipilih mungkin juga karena kami 8 bersaudara. Jadi, begitu kami duduk berkumpul, mulailah Bapak bercerita. Mulai dari kisah Timun Emas, Kancil mencuri Ketimun dan yang paling kami ingat adalah cerita tentang tokoh yang bernama “Betoteng”. Dongeng yang berisi kisah penuh pesan dan nilai moral. Cerita tentang sejarah kerajaan di masa lalu juga beliau ceritakan, seperti sejarah Singosari, Majapahit, Mataram, Demak, dan Mataram Islam. Beliau sangat fasih menceritakan tokoh-tokoh di balik kejayaan kerajaan tersebut. Bahkan hadiah-hadiah sayembara berupa putri-putri cantik beliau hampir hafal semua namanya.
Selain kisah kerajaan, kisah-kisah walisanga juga seringkali beliau ceritakan. Mulai dari Syekh Siti Jenar membangkang sampai kisah Raden Sahid berjuang dalam syiar islam di tanah jawa dan kemudian lebih di kenal sebagai Sunan Kalijaga. Apalagi jika beliau sudah mulai menceritakan perjuangan Nabi Muhammad saw, kami seperti tidak pernah kekurangan referensi dari beliau. Jalinan kisah-kisahnya sangat rapi tersampaikan kepada kami. Kami bersyukur, meski kami tidak dikenalkan pada buku dalam bentuk fisik, tetapi kisah-kisah yang beliau tuturkan kepada kami, tertanam di hati kami. Kami yakin begitulah cara beliau mengajarkan nilai-nilai perjuangan hidup, dakwah, dan nilai-nilai moral. Kadangkala dari cerita tersebut beliau pun menyampaikan makna di balik cerita. Tidak lupa pula tersemat ayat-ayat suci dan hadist Nabi diajarkan kepada kami. Dalam kebersamaan, mendengarkan dongeng, kami merasa dimudahkan belajar hal-hal yang sebetulnya tidak mudah dipelajari.
 Orangtuaku bukan kategori pencinta buku. Tapi aku tahu kedua orang tuaku sangat menghargai ilmu pengetahuan. Itu aku tahu kala aku akan masuk Sekolah Menengah Atas. Ibuku berulangkali menegaskan bahwa tujuan untuk sekolah adalah untuk mencari ilmu. Jangan pernah sekali pun berniat sekolah untuk mencari pekerjaan setelah lulus. Adapun pekerjaan yang didapatkan nanti setelah lulus adalah efek karena kita memiliki ilmu.
Kasih sayang orang tua kami mungkin tidak selalu ditampakkan secara jelas, namun dari cara mereka menyampaikan hal-hal prinsip dalam hidup melalui dongeng, berkumpul, bercerita dalam kebersamaan, hal tersebut sangat membekas di hati kami sampai kami dewasa. Seringkali  disaat kami sudah dewasa kami merindukan dongeng-dongeng beliau. 
Kendati orangtua kami tidak secara langsung mengenalkan buku dalam bentuk fisik kepada kami, kami merasakan lewat apa yang beliau berdua ajarkan kepada kami, kami menjadi manusia yang mencintai ilmu pengetahuan dan bahkan kami menjadi sangat ingin belajar segala hal dalam hidup. Saya pribadi bahkan menjadi individu yang sangat terobsesi pada buku. Ternyata benar, kalau dongeng merupakan salah satu metode  transfer pengetahuan yang efektif. Mereka berdua adalah lebih  dari sekedar guru besar bagi kami. Mereka adalah buku hidup yang dikirimkan untuk kami oleh Allah SWT. Maafkan kami yang belum dapat membalas semua kebaikan kalian. Doa kami,  semoga mereka berdua senantiasa sehat dan di ridhoi Allah SWT. Amiiien.

Selasa, 02 Juli 2013

gentlemomy

a blog that share about parenting and amazing live with my little children.We want to inspire every readers