Anak
sulungku laki-laki. Usianya saat ini belum genap lima tahun. Namanya Lubab. Ia
begitu banyak bicara. Segala hal ditanyakan dengan antusias. Ketika bertanya ia
menginginkan jawaban segera. Seringkali saya dibuat kaget, bingung dan
kewalahan menjawab setiap pertanyaannya. Menilik setiap pertanyaan yang muncul
secara tiba-tiba, saya harus punya ekstra alternatif jawaban yang tepat dan
mudah diterima daya pikirnya. Untunglah dengan bekal saya menyisihkan waktu untuk membaca setiap hari, saya punya tabungan
informasi di otak yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Itu pun terasa belum
cukup. Kadang-kadang ketika mendadak mendapat pertanyaan darinya tetap saja
saya bengong mau jawab apa.
Pernah
suatu hari Mbah Putri bercerita. Si kakak dan beliau sedang di dapur. Kami
memang masih tinggal satu rumah dengan Ibu. Jika saya pergi bekerja, ia tinggal
di rumah bersama Mbah, pengasuh dan beberapa saudara serumah. Saat sedang
bermain di dapur, cerita mbah Putri, melintaslah seekor kucing kurus di depan
mereka. Kakak bilang, Mbah kucing jorok ya? Gak pernah mandi. Masa mandinya cuma
tangannya dijilat-jilat begini sambil ia menirukan gerakan kucing
menjilat-jilat kakinya. Iya, begitu Mbah Putri menimpali. Sebentar kemudian Mbah
Putri iseng bertanya : Kalau kucing sih datangnya darimana ya? Dengan cepat
Lubab menjawab : Ya dari ibunya kuciiing. Dari perut ibunya kucing. Apa Mbah
Putri gak tahu? Kalau Lubab datangnya dari mana? Mbah Putri bertanya. Ya dari
ibunya Lubab. Kalau Uwa Ipah? Ya dari ibunya Uwa Ipah, tapi kan dah nggak ada
Mbah. Hmmm ... tenyata Lubab sudah mulai memahami konsep repoduksi sederhana.
Sambil
bermain kreasi kertas lipat/origami berbentuk kepala hewan terjadilah dialog antara
boneka kertas dengan Lubab yang dilakukannya sendiri. Lubab asyik memainkan
kertas lipatnya, sedang saya menyimak dan memperhatikan. “ Hai ikan hiu, kamu
sedang apa?Dia menjawab sendiri. Aku sedang main. Main apa? Main sama
teman-teman. Ada ikan jerapah, gajah, kadal, tikus, ayam. O banyak sekali
teman-temanmu, kamu sudah makan?. Sudah. Iya ya semua itu temanku, semua adalah
binatang ciptaan Allah.O iya benar. Iseng Aku bertanya: apa iya Bab? Iya benar
bu. Semuanya ciptaan Allah. Hmmm ... rupanya daya nalarnya sudah mulai
menghubung-hubungkan proses penciptaan.
Sore
tadi kami bermain diluar rumah. Menjelang senja langit terlihat mulai menggelap.
Aku menunjukkan segumpal awan yang
bergerak pelan. Mungkin karena tiupan angin. Aku katakan pada Lubab. Lihat Bab
awannya bergerak. Oh iya ya Bu, kok awannya bisa berubah Bu?. Bukan berubah
tapi bergerak jawabku. Kok bisa berubah anu kenapa Bu? kalimat tanya khas yang
selalu dia lontarkan saat menanyakan sesuatu yg belum dia pahami. Karena ada
angin jadi bergerak, kataku. Sekilas dia bertanya lagi, Bu apa Allah bisa bikin
orang dari awan? Iya, bisa jawabku. Bisa bikin orang dari daun? dari pagar? dari
karet? Sepertinya dia banyak dipengaruhi tontonan di tv, semua kujawab ya bisa. Dia langsung bereaksi, wah top ya Bu, Allah. Iya karena Allah Maha bisa, jawabku. Aku
bertanya ulang padanya, apa iya Bab, karet
bisa dibikin orang? Ya iya. Kenapa? ya kan orang bisa dibikin dari karet, pager, sama daun. Kalau dari awan lha susah ya Bu?, sepertinya
dia meragukan sesuatu. Kemudian setelah sejenak berpikir dia bilang, kan mengambilnya jauh diatas sana ... heehh susah
mengambilnya, katanya. Rupanya dia menghubungkan informasi-informasi yang baru didapatnya.
Suatu
malam tiba- tiba Lubab bertanya, Bu kok matahari
bisa berubah jadi bulan anu kenapa? kalimat tanya khas darinya muncul lagi.
Ayah yang ikut mendengar menimpali, bukan berubah Bab, tapi gantian. Apa iya Bu?
Lubab memastikan. Iya kalo siang ada matahari, kalau malam gantian ada bulan.
Yang ngganti-ngganti si siapa Bu? Allah. Oh Allah ya. Ya ya. Dia terlihat
seperti mencerna percakapan kami barusan. Tetapi kemudian muncul lagi
pertanyaan, kok ganti-ganti ya Bu? Ada sesuatu yang masih dipikirkannya. Hmmm konsep tentang adanya Zat yang Maha Mengatur
pergantian siang dan malam mulai dia pahami.
Sepertinya
setiap anak akan selalu menanyakan hal-hal demikian dengan versinya sendiri. Saya
yakin setiap ibu pasti pernah mengalaminya. Dan sebagai ibu kita butuh tambahan
referensi, ensiklopedi, dan buku-buku bergizi yang dapat dipelajari bersama-sama
dengan anak kita, agar transfer pengetahuan dapat terjadi dengan lebih
mengasyikkan. Dengan begitu gerbang ilmu pengetahuan terbuka lebar bagi anak
untuk kemudian mereka mencintai proses mencari ilmu. Dari situ pasti akan
muncul ketertarikan kepada buku karena dari buku kita dapat mengetahui banyak
hal.
Saya
memang sering melakukan tanya jawab dengan Lubab. Kadang-kadang jawaban yang
dia berikan sederhana, lucu, mengagetkan bahkan tidak nyambung. Walaupun
jawaban yang diberikan tidak nyambung, tetap saya biarkan dia bertanya. Saya
juga memberikan kesempatan kepadanya untuk mencari jawaban dengan bertanya
ulang. Saya meyakini proses ketertarikan kepada ilmu pengetahuan adalah di
mulai dengan memunculkan banyak pertanyaan dan mencari jawabnya. Itulah yang
saya lakukan. Gerbang ilmu pengetahuan kami buka seluas-luasnya agar kelak
ketika dia mulai beranjak dewasa ketertarikan akan ilmu pengetahuan tetap
terjaga. Jika hal itu sudah tertanam dalam dirinya, ia akan dengan sendirinya
haus akan ilmu dan mencari informasi lewat buku.
Kadangkala
kami juga membaca buku bersama. Membaca dongeng, pengetahuan, kebiasaan sehari-hari,
informasi tentang alat-alat transportasi
dan masih banyak lagi. Jika ada dongeng yang dia sukai, ia akan minta dibaca
berulangkali.Atau kami juga membaca buku jika ada hal yang tidak dapat aku jawab secara
langsung pada saat dia bertanya, kami mencari jawabannya lewat buku
bersama-sama.
Masing-masing
orangtua pun memiliki keyakinan yang
berbeda terhadap kebenaran cara transfer pengetahuan terhadap putra-putrinya. Cara
yang mereka pilih bisa sangat beragam. Sebelum menikah dan punya anak saya
pribadi punya idealisme sendiri dan berkomitmen untuk memberikan stimulasi,
pengasuhan, kasih sayang yang sebaik-baiknya untuk anak-anak kelak. Bahkan saya
sudah membelikan buku-buku bergizi untuk
otak anak sejak baru menikah dan belum nampak tanda-tanda kehamilan karena
nyatanya saya hamil dalam rentang waktu 28 bulan [2 tahun, 4 bulan] setelah
menikah. Waktu itu saya membeli paket buku dari penerbit Mizan Dian Semesta
Seri Halo Balita dan Cerita Binatang.
Begitulah keseharian kami. Aku memberi kesempatan
sebanyak mungkin pada anakku untuk bertanya, bercerita banyak hal. Aku berusaha
selalu menambah stimulasi berdasarkan variasinya dengan hal-hal yang ada di
seputar kami. Kami berusaha mengenalkan ilmu pengetahuan lewat
kegiatan-kegiatan sederhana. Kami yakin dengan begitu justru membuat anak lebih
tertarik dan menyukai ilmu pengetahuan. Seperti kutipan dari tokoh pendidikan
Charlotte Mason berikut ini : Bahwa setiap anak yang sehat jiwanya memiliki
hasrat alamiah terhadap pengetahuan. Bahwa hasrat akan pengetahuan atau rasa
ingin tahu itu pada dasarnya mencukupi untuk membuat anak bersemangat belajar,
asalkan pengetahuan disajikan dengan mutu, jumlah, ragam, porsi dan cara yang
tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar