Minggu, 08 Februari 2015

SI PENANYA ULUNG



Anak sulungku laki-laki. Usianya saat ini belum genap lima tahun. Namanya Lubab. Ia begitu banyak bicara. Segala hal ditanyakan dengan antusias. Ketika bertanya ia menginginkan jawaban segera. Seringkali saya dibuat kaget, bingung dan kewalahan menjawab setiap pertanyaannya. Menilik setiap pertanyaan yang muncul secara tiba-tiba, saya harus punya ekstra alternatif jawaban yang tepat dan mudah diterima daya pikirnya. Untunglah dengan bekal saya menyisihkan waktu  untuk membaca setiap hari, saya punya tabungan informasi di otak yang dapat digunakan sewaktu-waktu. Itu pun terasa belum cukup. Kadang-kadang ketika mendadak mendapat pertanyaan darinya tetap saja saya bengong mau jawab apa.
Pernah suatu hari Mbah Putri bercerita. Si kakak dan beliau sedang di dapur. Kami memang masih tinggal satu rumah dengan Ibu. Jika saya pergi bekerja, ia tinggal di rumah bersama Mbah, pengasuh dan beberapa saudara serumah. Saat sedang bermain di dapur, cerita mbah Putri, melintaslah seekor kucing kurus di depan mereka. Kakak bilang, Mbah kucing jorok ya? Gak pernah mandi. Masa mandinya cuma tangannya dijilat-jilat begini sambil ia menirukan gerakan kucing menjilat-jilat kakinya. Iya, begitu Mbah Putri menimpali. Sebentar kemudian Mbah Putri iseng bertanya : Kalau kucing sih datangnya darimana ya? Dengan cepat Lubab menjawab : Ya dari ibunya kuciiing. Dari perut ibunya kucing. Apa Mbah Putri gak tahu? Kalau Lubab datangnya dari mana? Mbah Putri bertanya. Ya dari ibunya Lubab. Kalau Uwa Ipah? Ya dari ibunya Uwa Ipah, tapi kan dah nggak ada Mbah. Hmmm ... tenyata Lubab sudah mulai memahami konsep repoduksi sederhana.
Sambil bermain kreasi kertas lipat/origami berbentuk kepala hewan terjadilah dialog antara boneka kertas dengan Lubab yang dilakukannya sendiri. Lubab asyik memainkan kertas lipatnya, sedang saya menyimak dan memperhatikan. “ Hai ikan hiu, kamu sedang apa?Dia menjawab sendiri. Aku sedang main. Main apa? Main sama teman-teman. Ada ikan jerapah, gajah, kadal, tikus, ayam. O banyak sekali teman-temanmu, kamu sudah makan?. Sudah. Iya ya semua itu temanku, semua adalah binatang ciptaan Allah.O iya benar. Iseng Aku bertanya: apa iya Bab? Iya benar bu. Semuanya ciptaan Allah. Hmmm ...  rupanya daya nalarnya sudah mulai menghubung-hubungkan proses penciptaan.
Sore tadi kami bermain diluar rumah. Menjelang senja langit terlihat mulai menggelap. Aku menunjukkan segumpal awan  yang bergerak pelan. Mungkin karena tiupan angin. Aku katakan pada Lubab. Lihat Bab awannya bergerak. Oh iya ya Bu, kok awannya bisa berubah Bu?. Bukan berubah tapi bergerak jawabku. Kok bisa berubah anu kenapa Bu? kalimat tanya khas yang selalu dia lontarkan saat menanyakan sesuatu yg belum dia pahami. Karena ada angin jadi bergerak, kataku. Sekilas dia bertanya lagi, Bu apa Allah bisa bikin orang dari awan? Iya, bisa jawabku. Bisa bikin orang dari daun? dari pagar? dari karet? Sepertinya dia banyak dipengaruhi tontonan di tv,  semua kujawab ya bisa. Dia langsung bereaksi,  wah top ya Bu,  Allah. Iya karena Allah Maha bisa, jawabku. Aku bertanya ulang padanya,  apa iya Bab, karet bisa dibikin orang? Ya iya. Kenapa? ya kan orang bisa dibikin dari  karet, pager, sama daun.  Kalau dari awan lha susah ya Bu?, sepertinya dia meragukan sesuatu. Kemudian setelah sejenak berpikir dia bilang,  kan mengambilnya jauh diatas sana ... heehh susah mengambilnya, katanya. Rupanya dia menghubungkan informasi-informasi yang  baru didapatnya.
Suatu malam tiba- tiba  Lubab bertanya, Bu kok matahari bisa berubah jadi bulan anu kenapa? kalimat tanya khas darinya muncul lagi. Ayah yang ikut mendengar menimpali, bukan berubah Bab, tapi gantian. Apa iya Bu? Lubab memastikan. Iya kalo siang ada matahari, kalau malam gantian ada bulan. Yang ngganti-ngganti si siapa Bu? Allah. Oh Allah ya. Ya ya. Dia terlihat seperti mencerna percakapan kami barusan. Tetapi kemudian muncul lagi pertanyaan, kok ganti-ganti ya Bu? Ada sesuatu yang masih dipikirkannya.  Hmmm konsep tentang adanya Zat yang Maha Mengatur pergantian siang dan malam mulai dia pahami.
Sepertinya setiap anak akan selalu menanyakan hal-hal demikian dengan versinya sendiri. Saya yakin setiap ibu pasti pernah mengalaminya. Dan sebagai ibu kita butuh tambahan referensi, ensiklopedi, dan buku-buku bergizi yang dapat dipelajari bersama-sama dengan anak kita, agar transfer pengetahuan dapat terjadi dengan lebih mengasyikkan. Dengan begitu gerbang ilmu pengetahuan terbuka lebar bagi anak untuk kemudian mereka mencintai proses mencari ilmu. Dari situ pasti akan muncul ketertarikan kepada buku karena dari buku kita dapat mengetahui banyak hal.
Saya memang sering melakukan tanya jawab dengan Lubab. Kadang-kadang jawaban yang dia berikan sederhana, lucu, mengagetkan bahkan tidak nyambung. Walaupun jawaban yang diberikan tidak nyambung, tetap saya biarkan dia bertanya. Saya juga memberikan kesempatan kepadanya untuk mencari jawaban dengan bertanya ulang. Saya meyakini proses ketertarikan kepada ilmu pengetahuan adalah di mulai dengan memunculkan banyak pertanyaan dan mencari jawabnya. Itulah yang saya lakukan. Gerbang ilmu pengetahuan kami buka seluas-luasnya agar kelak ketika dia mulai beranjak dewasa ketertarikan akan ilmu pengetahuan tetap terjaga. Jika hal itu sudah tertanam dalam dirinya, ia akan dengan sendirinya haus akan ilmu dan mencari informasi lewat buku.
Kadangkala kami juga membaca buku bersama. Membaca dongeng, pengetahuan, kebiasaan sehari-hari,  informasi tentang alat-alat transportasi dan masih banyak lagi. Jika ada dongeng yang dia sukai, ia akan minta dibaca berulangkali.Atau kami juga membaca buku  jika ada hal yang tidak dapat aku jawab secara langsung pada saat dia bertanya, kami mencari jawabannya lewat buku bersama-sama.  
Masing-masing orangtua pun memiliki keyakinan  yang berbeda terhadap kebenaran cara transfer pengetahuan terhadap putra-putrinya. Cara yang mereka pilih bisa sangat beragam. Sebelum menikah dan punya anak saya pribadi punya idealisme sendiri dan berkomitmen untuk memberikan stimulasi, pengasuhan, kasih sayang yang sebaik-baiknya untuk anak-anak kelak. Bahkan saya sudah membelikan buku-buku  bergizi untuk otak anak sejak baru menikah dan belum nampak tanda-tanda kehamilan karena nyatanya saya hamil dalam rentang waktu 28 bulan [2 tahun, 4 bulan] setelah menikah. Waktu itu saya membeli paket buku dari penerbit Mizan Dian Semesta Seri Halo Balita dan Cerita Binatang.
Begitulah keseharian kami. Aku memberi kesempatan sebanyak mungkin pada anakku untuk bertanya, bercerita banyak hal. Aku berusaha selalu menambah stimulasi berdasarkan variasinya dengan hal-hal yang ada di seputar kami. Kami berusaha mengenalkan ilmu pengetahuan lewat kegiatan-kegiatan sederhana. Kami yakin dengan begitu justru membuat anak lebih tertarik dan menyukai ilmu pengetahuan. Seperti kutipan dari tokoh pendidikan Charlotte Mason berikut ini : Bahwa setiap anak yang sehat jiwanya memiliki hasrat alamiah terhadap pengetahuan. Bahwa hasrat akan pengetahuan atau rasa ingin tahu itu pada dasarnya mencukupi untuk membuat anak bersemangat belajar, asalkan pengetahuan disajikan dengan mutu, jumlah, ragam, porsi dan cara yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar